Ais ….


mendekatkan pada sesuatu yang ditafsirkan tanpa perlu ditafsirkan

Kirana Azalea; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Adib RS; Alobatnic; Pelantan; Santri Scholar; Santri; Scholar; Godly Nationalism; Itz Spring Voice; Ais ....; Arij Zulfi Mufassaroh; Arij; Zulfi; Mufassaroh; Arij Zulfi; Ariz;

Arij Zulfi Mufassaroh …. ketika dilihat itu fisik, ketika dimainkan itu hati. Dia banyak banyak membantu saya untuk tak terus menerus terkapar saat terdampar di keruhnya satu sisi dunia. Ais datang dengan kesadaran diri, dia mengerti kekuatan, kelemahan, pandangan, dan penempatan. Interaksi Ais dengan saya perlahan malar mulai terbangun erat. Meski tak ada garansi bisa kuat, namun Ais biasa berinteraksi disertai rasa empati, yang membuat bacot-bacotan terkesan rusuh tak melukai hati.

Rasa empati juga mewujud pada kemauan Ais meluangkan waktu untuk terlibat obrolan dalam perjumpaan. Obrolan sering membuka jalan untuk melahirkan sikap pengertian. Walakin dalam setiap perjumpaan terdapat energi yang tersalurkan. Tentu tak semua perjumpaan perlu dihadiri, ada beberapa yang perlu dihindari. Ais dan saya perlahan mulai terlibat obrolan sejak perjumpaan pertama pada 08 April 2015 lalu. Entah obrolan yang dianggap serius maupun yang dipandang picisan.

Obrolan selalu penting bagi saya, salah satu cara untuk tak mem-‘benda’-kan akal. Sang Pencipta menganugerahkan akal pada manusia bukan hanya sebagai property belaka melainkan untuk di-‘pekerja’-kan terus menerus. Wajar kalau akal tak sekalipun muncul sebagai kata benda [اسم] di dalam al-Quran [القرآن] walakin berulang kali muncul dalam bentuk kata kerja [فعل].

Wajar juga kalau perintah belajar dan membangun lingkungan dituturkan dalam bentuk kata kerja present dan future [الفعل المضارع], bukan kata kerja past [الفعل الماضي]:
وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ ۞
[القرآن الكريم سورة التوبة : ١٢٢]
Supaya tak berhenti melangkah, agar siap menghadapi segala macam perubahan termasuk berubah arah langkah.

Banyak terjadi saat yang mengecewakan ketika akhirnya kita berjumpa maupun mengobrol dengan sosok yang dianggap hebat. Kalau perjumpaan dan obrolan berlangsung pada saat tidak tepat, rentan memberikan kesan melesat. Dan kejadian yang tidak diharapkan ini akan mengubah pandangan yang telah melekat.

Kita bisa berpikir kalau sosok tersebut ternyata kurang ajar dan angkuh, meski mungkin dia sedang melepas peluh. Atau kita telah memiliki kesan sepanjang bersamanya namun tiba-tiba muncul kesan baru yang membanting kebersamaan sebelumnya. Perjumpaan memiliki potensi untuk mengubah bahkan ‘membanting’ sebuah hubungan. Apalagi saat sosok yang terlibat dianggap tidak dapat memberi cukup perhatian.

Saya bersyukur setiap perjumpaan maupun obrolan dengan Ais berlangsung pada saat tepat. Mungkin saya gede rasa saja lantaran percakapan tersebut terasa istimewa dikarenakan Ais tampak berusaha untuk tidak mengecewakan saya. Dan saya tak pernah kecewa dengan percakapan dengannya sepertihalnya tak pernah kecewa mengenalnya sejak kami mulai saling menyapa.

Kehadiran Ais perlahan malar memberi motivasi sekaligus menginjeksi inspirasi pada saya. Dia termasuk orang yang memotivasi dan menginspirasi saya untuk senantiasa semadyana dalam menyapa manusia maupun menyapa Sang Pencipta. Kehadiran Ais tanpa diduga pada 22 Januari 2016 malam itu membuat kenangan memahat dengan kuat.

Banyak moment terjadi dengan Ais, namun perjumpaan serta obrolan malam itu termasuk satu peristiwa yang menempati kapling permanen dalam ruang rasa. Hanya beberapa menit saja kami berjumpa, perjumpaan yang hanya disertai obrolan picisan saja. Di tengah obrolan picisan dalam perjumpaan tanpa diduga itu, Ais sempat nyeletuk bilang, “Kenapa tidak menyapa Yang di sana saja?” sembari menunjuk ke arah atas menggunakan mimik muka.

Perkataan “di sana” terasa bermakna karena pada saat itu saya memang sedang jauh-jauhnya dengan Sang Pencipta. Dalam keadaan seperti ini, tentu “di sana” lebih tepat digunakan ketimbang “di sini”. Sementara dari kata “menyapa” itulah mulai muncul grenengan—perkara yang dipendam dalam batin—berkelanjutan. Satu grenengan yang kemudian ditindaklanjuti hingga membuahkan pemaknaan tambahan terhadap kata ad-du’a [الدعاء] yang biasanya dimaknai sebagai “permintaan” maupun “pengharapan”.

Salah satu cuplikan Alquran [القرآن] yang menuturkan kata “الدعاء” ialah:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ  ۞
[القرآن الكريم سورة المؤمن  : ٦٠]
menimbulkan pertanyaan, mengapa “ادْعُونِي” disambung dengan “أَسْتَجِبْ” bukan “أعطي”?

Pula Kirana Azalea bernama Muhammad [محمد‎‎] pernah bertutur yang penuturannya dilanjutkan untuk ditutur kembali, antara lain oleh, ‘Abd ar-Raḥmān ibn Ṣakhr [عبدالرحمن بن صخر] 1) demikian:
«ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول من يدعوني فأستجيب له من يسألني فأعطيه من يستغفرني فأغفر له»

Serta kebiasaan Pak Muhammad Arifin Fanani—guru utama saya dalam urusan terkait keagamaan—ketika berdoa selalu didahului dengan:
«اللهم انى [نا] ا [ن] عوذبك من دعاء لا يسمع»
Mengapa yang dipakai kata “يسمع” bukan “يقبل” saja?

Semua itu secara semena-mena digunakan untuk memaknai perkataan «الدعاء سلاح المؤمن» menjadi “menyapa adalah senjata kaum beriman”. Perkataan ini dituturkan oleh Rasulullah di tengah perang badar [غزوة بدر], secara lengkap sebagai berikut 2):
«اللهم أنجز لي ما وعدتني، اللهم آت ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة من أهل الإسلام لا تعبد في الأرض»
Pemaknaan tambahan yang selaras dengan lantunan Madonna Louise Veronica Ciccone dalam larik lirik Like a Prayer When you call my name it's like a little prayer”, penghibur bahadur yang saya gilai.

Wabakdu, pengaruh dari Ais pun tak lekang sepanjang waktu merentang. Ais memang tak memandu secara teknis keilmuan, walakin bukankah dia yang menjadi penyuluh peluh yang kemudian ditindaklanjuti dengan gairah membuncah? Meskipun saya belum menulisnya dengan proto-type PARIS, kesan yang didapat dari Ais kerap muncul di dalam beberapa catatan. Kemunculan yang membuatnya senantiasa ada meski tampak tiada.

Rekaman kebersamaan Ais adalah masa istimewa. Satu keberuntungan saat sedang rapuh terdampar di keruhnya satu sisi dunia. Ais hadir meluruhkan keruh untuk menyuluhkan peluh. Satu peristiwa fenomenal, meski relasi di dalamnya mungkin tidak kekal. Secara khusus, kesan dari Ais diabadikan dalam stylized kata “الدعاء” menjadi DuAA.

Tak peduli segala semat yang dialamatkan pada Ais, buat saya dia adalah seberkas sinar (ray of Light) pengantar saya untuk menerima segala tatanan Sang Pencipta. Selaras dengan nama lengkap yang disandangkan padanya serta penuturan dalam cuplikan Alquran berikut:
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ  ۞
[القرآن الكريم سورة الزمر : ٣]

Catatan Tambahan
1) Salah satu sosok yang lebih dikenal dengan panggilan Abū Hurairah [أبو هريرة] alias Father of the Kitten ini dipilih lantaran selaras dengan Ais yang juga suka kucing. Secara pribadi saya suka pada Abū Hurairah lantaran dirinya tegas menyatakan tak memihak dua kubu yang berseteru dalam perselisihan antara ‘Alī bin Abī Thālib [علي بن أﺑﻲ طالب] dan Mu’āwiyah ibn Abī Ṣufyān‎ [معاوية بن أبي سفيان]. Peristiwa penting yang oleh Karen Armstrong disebut sebagai The First Fitnah ini menjadi benih-benih timbulnya The Second Fitnah atau lebih dikenal dengan The Battle of Karbala.
___________________________________________________________________________________________

2) Hasil ijtihād [اجتهاد] Karen Armstrongyang memandang peristiwa itu secara manusiawi—menunjukkan bahwa kemenangan gemilang pasukan yang dipimpin oleh Muhammad banyak disebabkan oleh apiknya koordinasi antar barisan. Sementara pihak lawan dengan jumlah pasukan yang lebih banyak justru mengalami masalah dalam koordinasi. Masalah yang dialami pihak lawan pula menjadi penyebab pasukan pimpinan Muhammad harus menerima kekalahan di injury time dalam perang Uhud [غزوة أحد].
___________________________________________________________________________________________